Kamis, 20 Oktober 2011

Cikal Bakal Desentralisasi Pendidikan

Negara Indonesia mempergunakan sistem pendidikan desentralisasi seperti negara-negara Eropa  dan Amerika.  Sistem terkenalnya adalah MBS(Manajemen Berbasis Sekolah) yang berarti semua kebijakan sekolah dipegang kendali oleh sekolah. sekolah melaksanakan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), yang secara luas berarti suatu pola manajemen yang memberikan ruang gerak dan otonomi yang cukup bagi sekolah untuk dapat menentukan dan melaksanakan sendiri program-program peningkatan mutu dengan dasar akuntabilitas publik.mereka mengharapkan plola manajemen ini menjadi suatu budaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Adapun tujuan dari MBS adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Efisiensi pendidikan diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, serta penyederhaan birokrasi. Dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan,dilakukan pula upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, seperti:  peningkatan profesionalitas kepala sekolah maupun guru,partisipasi orang tua kepada sekolah,fleksibilitas dan pengelolaan sekolah.
Berkaitan dengan tujuan MBS di atas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dengan adanya otonomi dalam pengelolaan sumber daya, yaitu: sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan para guru,guru dapat lebih berkonsentrasi pada tugas pendidikan,mendorong profesionalisme kepala sekolah sebagai manajer maupun sebagai leader,meningkatkan rasa tanggap sekolah terhadap kebutahan setempat dan dapat menjamin bahwa layanan pendidikan memenuhi tuntutan murid dan masyarakat, dan prestasi siswa dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, misalnya orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar langsung anaknya.
Kemudian selanjutnya terdapat informasi tentang bagaimana Inggris maupun Wales melakukan sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi, istilahnya adalah LEA(Local Education Authority) di mana masing-masing wilayah memiliki otonomi pendidikannya sendiri dan terkadang setiap sekolah dapat menentukan kurikulumnya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan mengapa di satu sekolah di Inggris  diajarkan pendidikan sosial dan vokasional sementara sekolah yang lain hanya mengajarkan berbagai ilmu yang bersifat umum saja, dan di sekolah lain tidak terdapat mata kuliah mengenai pendidikan politik dan social.
Bahwa konteks lokal manajemen pendidikan sekolah di Inggris , mempengaruhi kecenderungan di internasional terhadap desentralisasi. Dalam keputusan manajemen di sekolah. LEA walaupun kurang berhasil dalam pelaksanaan tetapi kemudian setelah ada reformasi, digunakan lagi sistem LEA tersebut. konteks hubungan dengan dunia internasional itu pun banyak menggunakan desentraslisasi manajemen di sekolah. intinya lea itu merupakan cikal bakal terbentuknya sistem desentralisasi pendidikan yang kemudian sistem tersebut diikuti oleh berbagai negara untuk penerapannya.
Informasi diatas diperoleh dari hasil presentasi kelompok 1 di ruang 306 gedung daksinapati UNJ Dengan anggota kelompok Barkah Agussalim,Putri Bagus Oktaviani dan Rahma Handayani. Dibawah kendali pelaksanaan tugas oleh Bpk Amril Muhammad selaku dosen Manajemen pendidikan Nasional pada perkuliahan per tanggal 17 Oktober 2011.
 Semoga bermanfaat. Salam Pendidikan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar