Minggu, 21 April 2013

Pentingnya teknologi bagi pengembangan SDM bidang pendidikan

Berbicara pendidikan, berarti berbicara sumber daya (terutama manusia). Dalam hal ini, tentu saja pendidikan pun tidak terlepas dari sumber daya manusia secara utuh. Sumber daya manusia dalam dunia pendidikan sangatlah penting dan menjadi hal utama yang harus mendapat perhatian serius dari semua stake holder. Artinya, jika mutu pendidikan ingin mencapai tingkat pencapaian terbaik maka sumber daya manusia pun harus ditingkatkan. Tentu saja meningkatkan mutu sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan pula, bukan secara tiba-tiba. pendidikan yang mengutamakan sumber daya manusia yang bermutu, tentu saja akan melahirkan hasil yang baik. Artinya, jika pupuk sumber daya manusia diasah dengan kompetensi yang lebih unggul, maka hasilnya akan memuaskan bahkan membanggakan. Membutuhkan proses yang sangat panjang dan memerlukan kesabaran tingkat tinggi. Karena hal itu tidak langsung jadi apalagi langsung matang. Dalam hal ini, memupuk sumber daya manusia bisa dilakukan melalui proses pendidikan atau proses studi. Dengan melalui proses studi, sumber daya manusia akan lebih meningkat. Sumber daya manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor penting dalam suatu bangsa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Pengembangan SDM bukan menjadi tanggungjawab pemerintah semata, tetapi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan berbagai persoalan yang terjadi dalam era globalisasi dibutuhkan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global untuk menyelesaikan permasalahan bangsa.
Terlebih bagi dunia pendidikan, sumber daya manusia sangat berperan penting terhadap dunia pendidikan didasarkan pada  satu anggapan bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
pola pemikiran SDM yang seperti apakah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan bangsa dan negara? SDM yang mampu berpikir dan berperilaku dengan konsep sistem. Perkembangan dunia ini bergitu cepat diikuti oleh perkembangan pola pikir manusia yang menghasilkan teknologi. Teknologi lahir untuk menyederhanakan berbagai kepentingan sehingga mudah dilakukan.  Hanya saja dampak dari teknologi ini belum bisa dikelola dengan baik. Teknologi mempermudah kehidupan manusia tetapi di sisi lain berdampak negatif bagi kehidupan manusia yang lain.
Jika dikaitkan antara pengembangan SDM dan perkembangan teknologi, akan dihasilkan teknologi yang tepat guna melalui pola pikir sistem SDM yang menyeluruh. Output dari pola pikir sistemik ini harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas yang bertujuan untuk memberikan manfaat dan kesejahteraan.
Menurut ahli, Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat (M.M. Papayungan, 1995: 109). Sementara itu Payaman J. Simanjuntak berpendapat bahwa Sumber Daya Manusia mengandung dua pengertian: Pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan pengertian kedua dari Sumber Daya Manusia adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut (Payaman J. Simanjuntak, 1985: 1).
Dengan adanya pengembangan SDM dengan teknologi maka diharapkan:
1.      Meningkatnya keterampilan masyarakat dan peneliti di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
2.      Terselenggaranya program-program pelatihan, pendidikan dan penelitian teknologi informasi dan komunikasi, baik secara menejerial maupun teknis.
3.      Meningkatnya pembudayaan pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Seseorang yang ingin menghasilkan suatu barang dan jasa, dalam hal ini di dunia pendidikan harus mampu mencetak sumber daya sumber daya pendidikan yang menghasilkan  output  (keluaran).   berupa produk  atau  konstruksi (hasil karya)  non fisik.  jasa pendidikan bersifat kompleks karena bersifat padat  karya dan padat modal.  Artinya dibutuhkan  banyak tenaga kerja  yang  memiliki skill khusus dalam  bidang  pendidikan dan padat  modal  karena membutuhkan infrastruktur  (peralatan) yang lengkap dan harganya cukup mahal. Pengembangan SDM terjadi karena merupakan kebutuhan menyangkut hajat orang banyak. Dalam pengembangan SDM terjadi sproses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat yang sangat  berguna bagi dunia pendidikan itu sendiri.
Atas dasar hal diatas maka dilakukan pengembangan teknologi agar sumber daya pendidikan dapat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara,yaitu:
1.      kebebasan dalam berfikir, penelitian dan pengembangan.
2.      berfikir sistemik dan pendekatan terpadu.
3.      menyelesaikan secara bersama dan sebagai agen perubah.
4.      akademik, keterampilan dan peningkatan profesionalisme.
5.      pengembangan jejaring dan teknologi informasi dan komunikasi.
6.      program berbicara dengan bahasa Ingris.
7.      pengembangan jejaring berbasis lokal, nasional dan global.
8.      pemikiran dan pengembangan berbasis masyarakat
9.      pengembangan ramah lingkungan.
10.  produk kreatif dalam teknologi tepat guna.
Pengembangan SDM Di sisi lain juga akan membawa dampak negatif terhadap kualitas masyarakat apabila tidak memperhatikan atau mempertimbangkan manusia dalam proses pembangunan, yaitu dapat menurunkan kualitas masyarakat. Karenanya perlu ada pertimbangan dari berbagai sisi dalam pembangunan yang akan dilaksanakan terutama sisi sosial, spiritual terhadap kesiapan dan daya tanggap sumber daya manusia dengan perubahan yang terjadi akibat pembangunan dan modernisasi. Pengembangan SDM yang berfikir dan berperilaku sistem dimulai pada individu sampai masyarakat terlebih di dunia pendidikan  dimana akan tercipta teknologi yang tepat guna untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul.
Namun seberapa pentingkah teknologi bagi pengembangan SDM?
Adanya kebutuhan pendidikan  global yang berbasis teknologi, diperlukan suatu upaya peningkatan pengembangan SDM komprehensif, dimana diperlukan SDM yang multidisiplin yang mempunyai sertifikasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.  Faktor penyebab adanya perubahan arah SDM dengan teknologi tersebut adalah meningkatnya persaingan bisnis seiring dengan semakin kompleksnya perkembangan Teknologi Informasi sendiri. TI semakin dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan di berbagai bidang termasuk pendidikan.  ,Pengembangan  SDM bertujuan  Melatih dan meningkatkan wawasan, kemampuan serta keterampilan bawahan. Serta Membantu bawahan dalam mengatasi hambatan-hambatan teknis pekerjaan agar bisa tercapai prestasi kerja yang optimal. Seperti penyederhanaan tuntutan pekerjaan yang dilakukan dengan teknologi semua menjadi efektif dan efisien. Dengan penggunaan teknologi pada saat pengembangan SDM biaya yang ada relatif kecil sehingga Begitu pentingnya teknologi sehingga dapat memaksimalkan peran pengembangan SDM
Daftar Pustaka

Kamis, 12 Januari 2012

Dampak dari Manajemen Lokal


Jakarta 19 desember ditempat yang selalu sama yaitu diruangan 306 kelompok 9 melakukan presentasi. Setelah kelompok 8.
Telah terjadi perubahan besar dalam manajemen lokal di mana sumber daya sekolah dikelola dan telah dilaksanakan dengan cukup sukses, terutama karena upaya staf dan gubernur di sekolah akan otoritas pendidikan lokal (LEA). Dengan keberhasilan yang saya tidak yakin apakah tujuannya telah tercapai, namun faktanya perubahan organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan tersebut telah dicapai. Otoritas pendidikan lokal telah berhasil dalam pendanaan sekolah mereka melalui rumusan dan sebagian besar sekolah telah berupaya mengelola anggaran mereka sendiri. Manajemen lokal didukung oleh banyak kepala sekolah dan beberapa orang ingin kembali ke sistem sebelumnya.
Secara umum, adanya manajemen lokal berdampak pada kebijakan anggaran yang dilimpahkan negara kepada sebuah sekolah. Hal ini merupakan dasar untuk menumbuhkan kesadaran dan menggali sumber dana dengan membangun kerjasama antara pemerintah dan masyarakat agar proses pendidikan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Penganggaran yang berbasis pada perencanaan dan program yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang belum seutuhnya dilaksanakan. Strategi pembiayaan yang dapat diterapkan untuk melaksanakan proses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, harus memfokuskan pada program-program yang menjadi objek biaya, supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan dapat tercapai. Hal tersebut perlu dilakukan, karena ada beberapa Kepala Sekolah yang masih belum terampil dalam memetakan pembiayaan pendidikan untuk dialokasikan kedalam program yang menjadi prioritas.
Sebagian besar sekolah dapat mengelola keuangan mereka ke standar yang dibutuhkan untuk menunjukkan administrasi keuangan dan pelayanan yang baik dari pendanaan umum dan juga dapat beroperasi dalam keterbatasan anggaran mereka. Hanya sekitar 6 persen dari sekolah dasar sejauh ini yang pengeluaran lebih, dan meskipun persentase sekolah menengah yang berlebihan pengeluaran dilaporkan (Maychell 1994) telah meningkat tahun 1993-1994. Sebagian besar sekolah memiliki akumulasi cadangan, karena adanya cadangan tersebut bisa diinterpretasikan sebagai sekolah lebih hati-hati dalam pendanaan. Sekolah melakukan upaya lebih pada pendapatan tetapi masih ragu pada keuangan mereka karena adanya fluktuasi anggaran, terutama untuk perubahan yang berhubungan dengan murid. Cadangan telah mengumpulkan satu jawaban untuk ini. Perkembangan lain yang signifikan adalah meningkatnya guru honorer yang saat ini mungkin terdapat sekitar 10 persen guru kontrak sementara.
Efisiensi biaya adalah salah satu yang paling membuktikan bahwa manajemen lokal telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam oleh pemerintah. Dalam meneliti proses pengambilan keputusan di studi kasus sekolah, saya menyimpulkan bahwa sekolah berpikir lebih hati-hati tentang tujuan pendidikan, tujuan mereka dan bagaimana cara terbaik untuk mencapai sumber daya yang tersedia sebelum penganggaran didelegasikan. Kepala sekolah bisa membenarkan keseluruh keputusan anggaran mereka selama masih berkaitan dengan tujuan  sekolah dan memberikan contoh kebijakan yang diambil untuk meningkatkan efisiensi biaya. Anggaran manajer di sekolah-sekolah itu merupakan tanggung jawab mereka untuk akuntabilitas publik untuk penggunaan sumber daya yang sekarang telah menjadi lebih transparan dan diberi perhatian yang lebih besar melalui proses penganggaran. Ketika pilihan alokasi sumber daya diperiksa.
Strategi pembiayaan yang dapat diterapkan untuk melaksanakan proses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, harus memfokuskan pada program-program yang menjadi objek biaya, supaya efektivitas dan efisiensi pembiayaan pendidikan dapat tercapai. Hal tersebut perlu dilakukan, karena ada beberapa Kepala Sekolah yang masih belum terampil dalam memetakan pembiayaan pendidikan untuk dialokasikan kedalam program yang menjadi prioritas. Sekolah mengalami fluktuasi anggaran dari dua sumber utama: yang utama adalah perubahan jumlah murid, diikuti oleh perubahan dalam anggaran sekolah yang dikumpulkan di LEA yang rentan terhadap pemotongan pemerintah pusat untuk belanja standar penilaian otoritas (SSA).
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan, yaitu: Pertama, dana yang dialokasikan kedalam program-program yang menjadi prioritas, dan kemampuan mengajar tenaga pendidik, mengakomodasi atau memfasilitasi peningkatan hasil belajar siswa agar sesuai dengan kebutuhan belajarnya, Kedua, peningkatan kemampuan dan keterampilan Kepala Sekolah dalam mengelola pembiayaan pendidikan, untuk memanfaatkan dana yang dialokasikan pada program prioritas, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Ketiga, kejelasan pendistribusian dana untuk membiayai program-program yang menjadi prioritas. Keempat perencanaan pembiayaan pendidikan atau penganggaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, memfokuskan pada memilih program prioritas yang paling utama untuk dibiayai dalam mendukung peningkatan proses belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

kuasai pasar dalam manajemen lokal

Jakarta 19 Desember kelompok 8 mempresentasikan makalah kelompok mereka seperti biasa diruangan 306, berikut reportase yang saya berikankuasai pasar dalam manajemen local dan dampak manajemen local judul presentasi kelompok 8. Manajemen lokal sekolah adalah salah satu contoh gerakan menjauh dari Administrasi. Hirarki sebagai dominan dari organisasi layanan masyarakat untuk kerangka kuasi-pasar (Le Gand dan Bartlett 1993). Karakteristik yang membedakan dari pasar kuasi- untuk layanan publik yaitu pemisahan pembeli dari penyedia dan pilihan pengguna  antara penyedia layanan

menganalisis pengelolaan lokal yang berfokus pada sekolah sebagai unit tunggal. Tujuannya adalah untuk memperluas fokus dengan memeriksa teori-teori yang ditarik dari ekonomi kelembagaan dan teori organisasi dalam rangka untuk menganalisis hubungan antar organisasi dengan pasar quasi. Dengan ini, hubungan berubah di antara pemerintah pusat, otoritas pendidikan lokal (LEA) dan sekolah. Hal yang menonjol dari perubahan-perubahan organisasi adalah meningkatkan kontrol pemerintah pusat, redefinisi peran LEA berkurang dan pengembangan pola-pola lokal dibedakan hubungan antar-sekolah.

Faktor kunci dalam menciptakan biaya transaksi adalah mengejar `naïf kepentingan diri sendiri 'atau' oportunisme 'oleh' orang yang bekerja dalam organisasi. Jika manajer puncak mengandalkan pengendalian birokrasi rinci bawahan, mereka bergantung minyak aliran ke atas informasi dari bawahan untuk mengetahui. Apa yang terjadi dalam organisasi dalam rangka untuk mengarahkan

Manajemen lokal telah mendalam mempengaruhi pada hubungan antar organisasi dalam sistem sekolah yang masih berkembang. Ada berbagai teori organisasi dimana manajemen lokal dapat berguna dianalisis. Sebuah tema utama dari analisis yang dikembangkan di sini, diambil dari principal-agent teori dan ekonomi kelembagaan, adalah bahwa manajemen lokal adalah bentuk organisasi untuk mengamankan efisiensi yang lebih besar dan pengendalian organisasi kuat. Struktur M-bentuk murni organisasi dikombinasikan dengan pasar internal, seperti di Edmonton, memberikan otoritas pendidikan dengan kinerja sekolah controlover ditingkatkan dibandingkan dengan birokrasi administratif. Dalam konteks bahasa Inggris, kontrol oleh otoritas pendidikan menyebar dan diencerkan oleh tumpang tindih peran sejumlah lembaga: yang DFE, FAS, OFSTED dan badan pemerintah. Arus perubahan legislatif sejak 1988 - yang telah terus-menerus didefinisikan ulang, tetapi meninggalkan sebagian ambigueas, peran dari berbagai instansi dengan tanggung jawab untuk kinerja sekolah - mengungkapkan kebijakan - keputusan pada kuku daripada diimplementasikan dari desain organisasi disusun dengan baik. Dengan demikian pendekatan teoretis yang dikembangkan di sini digunakan untuk menganalisis restrukturisasi sistem sekolah, bukan untuk menyatakan bahwa cetak biru untuk desain organisasi berada di benak para pembuat kebijakan.

Sebuah tema terkait yang dikembangkan dalam bab ini adalah bahwa restrukturisasi ditetapkan dalam kereta sejak tahun 1988 telah meningkatkan perbedaan antara struktur organisasi dan budaya di seluruh negeri. Ini bukan hanya karena kekuatan pasar telah bekerja sendiri keluar tempat yang berbeda, namun, bahkan mungkin lebih penting, karena perbedaan dalam respon politik dan organisasi oleh sekolah dan LEA. Baik LEA dan sekolah telah merespon sesuai dengan berbagai model, dibedakan dengan penekanan yang diberikan kepada otonomi dan kepentingan individu diberikan kepada otonomi dan kepentingan individu pada satu ekstrem dan kolaborasi dan kepentingan kolektif pada yang lain. Baik kepentingan individu dan konsepsi yang berbeda dari kepentingan kolektif memiliki klaim yang sah yang perlu diperhatikan melalui mekanisme pilihan dalam pendidikan. 

Akan sia-sia untuk menganggap bahwa sekolah yang bisa diatur dengan suatu cara yang dihapus kontroversi mengenai isu-isu politik yang mendasar. Namun, satu dapat berharap untuk tingkat yang lebih besar dari toleransi antara posisi bersaing dan kemauan untuk beroperasi dalam struktur designe untuk menyeimbangkan kepentingan individu yang berbeda dan konsepsi yang berbeda dari kepentingan publik. Dengan cara ini, stabilitas yang lebih besar akan dicapai dalam lingkungan organisasi sekolah ', yang dalam setiap subjek kasus untuk gangguan terus-menerus oleh perubahan ekonomi, sosial dan teknis umumnya dialami




dampak manajemen lokal pada alokasi sumber daya

Pada Jakarta 12 Desember 2011 kelompok 7 maju setelah kelompok 6 karena pada pertemuan sebelumnya bapak amril Muhammad tidak bisa hadir karena izin keluar kota. Pada pertemuan kali ini kelompok 7 membahas dampak manajemen lokal pada alokasi sumber daya.

Sumber daya sekolah adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh sekolah. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik. Sumber daya yang berupa fisik meliputi bangunan gedung, fasilitas sekolah dll. Sumber daya yang berupa non-fisik adalah guru/tenaga kependidikan, siswa, anggaran biaya dan dana sekolah, layanan operasional, serta administrasi.

Dampak manajemen lokal pada alokasi sumber daya: Efisiensi, efektivitas dan keadilan.
Sumber daya sekolah adalah nilai potensi yang dimiliki oleh sekolah. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik. Sumber daya yang berupa fisik meliputi bangunan gedung, fasilitas sekolah dll. Sumber daya yang berupa non-fisik adalah guru/tenaga kependidikan, siswa, anggaran biaya dan dana sekolah, layanan operasional, serta administrasi
Alokasi merupakan penempatan . Jadi, Alokasi sumber daya sekolah merupakan penempatan segenap potensi yang dimiliki oleh suatu sekolah sesuai dengan fungsinya
 
Manajemen lokal telah meningkatkan efisiensi pada sisi input dari fungsi produk pendidikan. Manajer sekolah mencari dan menemukan cara baru untuk menggunakan dan menggabungkan input sumber daya. Secara khusus, manajemen lokal lebih berhasil daripada alokasi administrasi  LEA  yang berkonsentrasi pada sumber daya yang tersedia untuk sekolah-sekolah pada pengajaran berlangsung. Delegasi pusat LEA menyediakan pendidikan dan layanan administrasi yang memungkinkan sekolah untuk mengekspresikan preferensi atas apa yang diberikan, sehingga meningkatkan efisiensi sekolah tersebut.

Adalah bahwa manajemen lokal telah meningkatkan efisiensi pada sisi input dari fungsi produk pendidikan. Manajer sekolah mencari dan menemukan cara baru untuk menggunakan dan menggabungkan input sumber daya. Secara khusus, manajemen lokal lebih berhasil daripada alokasi administrasi  LEA  yang berkonsentrasi pada sumber daya yang tersedia untuk sekolah-sekolah pada pengajaran berlangsung. Delegasi pusat LEA menyediakan pendidikan dan layanan administrasi yang memungkinkan sekolah untuk mengekspresikan preferensi atas apa yang diberikan, sehingga meningkatkan efisiensi sekolah tersebut. 
Bukti tentang perubahan dalam penyediaan untuk murid kebutuhan khusus dalam studi kasus sekolah diberikan oleh kepala sekolah dan beberapa guru kebutuhan khusus; pengukuran langsung dari sumber daya yang dialokasikan untuk murid tertentu atau dampak pada pembelajaran ini siswa yang tidak diperoleh. Kesimpulan tentatif adalah bahwa diberikan nilai-nilai professional kepada kepala sekolah, siswa dengan kebutuhan khusus tidak dirugikan oleh manajemen lokal per sen, melainkan hanya oleh kurangnya dana, karena sekolah akan cenderung memberikan prioritas utama untuk penyediaan kebutuhan dasar sebelum sumber daya khusus.

Jika manajemen lokal adalah untuk meningkatkan efektivitas sekolah maka harus berdampak pada kelas. Salah satu cara untuk hal ini terjadi adalah bahwa manajemen lokal mengarah kepenyebaran lebih hemat biaya sejumlah tertentu atau sumberdaya, yang saya berpendapat ini terjadi. Namun, tidak mungkin bahwa efek dari sedikit peningkatan dalam sumber daya pada output pendidikan bisa secara statis ketika perubahan kurikulum utama eksternal yang dipaksakan terjadi pada waktu yang sama. Sejak penelitian menunjukan bahwa variable proses adalah lebih penting penentu efektivitas sekolah daripada moderat dalam sumber daya (Rutter dkk 1979;Purkey dan Smith 1983;Hanushek 1986;Mortimore et al, 1988;Reynold 1992;Wilms 1992), dampak yang relatif peningkatan kecil dalam sumber daya untuk mendukung belajar mengajar tidak dengan sendirinya akan membawa lebih dari perbaikan kecil dalam produktivitas pendidikan sekolah-sekolah.

Rabu, 11 Januari 2012

Peran Kepala Sekolah Di sekolah-sekolah Lokal

Dalam kesempatan pertemuan kali ini kelompok 6 pada tanggal  12 desember 2011 menjelaskan mengenai peran kepala sekolah di sekolah-sekolah sekolah lokal. bapak Amril selaku dosen mata kuliah ini sangat menyimak presentasi kelompok ini.
berikut beberapa point yang bisa saya tangkap dari pertemuan kali ini.


Ada tingkat yang wajar dari konsistensi dalam literatur penelitian tentang karakteristik umum yang ditampilkan oleh kepala sekolah yang efektif: Visi dan tujuan yang jelas;Kemampuan untuk mengartikulasikan dan mengartikan visi ini untuk komunitas sekolah;Penyediaan lingkungan yang mendukung untuk proses mengajar dan belajar;Pemantauan dan praktek kelas sekolah;Intervensi untuk memperkuat fitur positif dari guru dan siswa untuk mengoreksi  tindakan dan pekerjaan yang dilakukan.

Selain itu dalam memecahkan dalam Menciptakan Sekolah Unggul, menetapkan bahwa kepemimpinan instruksional itu dapat memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan dialokasikan secara konsisten dengan tujuan, kebutuhan, prioritas dan rencana, mampu Membimbing guru dan perkembangan mereka mampu mendukung guru dengan cara menjaga dan memelihara komunitas sekolah dengan tertib, mampu mengontrol kualitas sekolah melalui monitoring dan evaluasi pengajaran dan pembelajaran,dapat berkoordinasi dan dalam Pemecahan Masalah pandai.

Sebuah sekolah diberikan sebagai bagian dari hirarki birokrasi sektor publik membutuhkan kepemimpinan yang berbeda dengan yang sekolah mengelola diri. Kontras antara kedua tidak perlu dibesar-besarkan dalam konteks Inggris, sebagai kepala sekolah sebelum manajemen lokal memiliki kebijakan yang cukup besar dalam mengelola sekolah mereka, meskipun tingkat ini bervariasi otoritas pendidikan lokal (LEA).
Unsur-unsur utama dari peran kepala sekolah di sekolah yang dikelola secara lokal berkaitan erat dengan komponen dari model sistem terbuka dari sekolah. ini adalah:
·         Batas Manajemen: ini penting untuk pengelolaan sumber daya, karena merupakan pusat akuisisi sumber daya.
·         Pengelolaan Sumber daya: ini mencakup pengelolaan anggaran dan penciptaan dan pemeliharaan sebagai lingkungan belajar yang baik mungkin dengan sumber daya yang tersedia. Ini mencakup keterkaitan antara sumber daya keuangan dan fisik mengalokasikan dan puotputs pendidikan yang dihasilkan dan hasil.
·         Kepemimpinan Instruksional: mengelola inti teknis dari sekolah, yaitu proses belajar dan mengajar, yang mencakup kurikulum dan manajemen sumber daya manusia.
Melingkupi semua tiga domain kepemimpinan adalah perbedaan antara kegiatan pemeliharaan dan pengembangan. Di semua sekolah, kepala sekolah merupakan peran utama antara sekolah dan dunia luar lalu dibudidayakan melalui jaringan kontak dengan kepala sekolah lainnya. Salah satu fungsi dari jaringan ini adalah untuk bekerjasama dengan orang lain dan dengan demikian memberikan pengaruh dan tekanan dalam rangka untuk mengubah lingkungan eksternal dengan cara yang menguntungkan sekolah. Kepala sekolah di Barset umumnya bernilai kerjasama antara sekolah dan menegaskan kebutuhan untuk menghindari sekolah-sekolah mengambil tindakan individu yang akan membahayakan sistem secara keseluruhan.
Pengaruh manajemen lokal dalam merangsang aktivitas jaringan dan micropolitical oleh kepala sekolah ini dilaporkan dalam studi wawancara dua puluh kepala sekunder, yang menyimpulkan bahwa: Kepala memiliki ruang lebih untuk menyusun tujuan dan sasaran dan untuk pencocokan alokasi sumber daya untuk tujuannya masing-masing. (Evetts 1993: 55). Kepala sekolah memiliki pengaruh yang paling tentang bagaimana tugas-tugas yang dilakukan oleh menentukan kedua pendekatan mereka sendiri dan orang lain.

Semua kepala sekolah,terutama mereka yang tidak didelegasikan pengelolaan anggaran sangat sadar pengalihan waktu jauh dari pengajaran dan kontak harian dengan murid dan staf. Guru cenderung kritis terhadap aspek manajemen lokal. Tentu saja, hanya memiliki kontak seperti ada jaminan bahwa kepemimpinan instruksional disediakan oleh kepala sekolah. Juga tidak terjadi bahwa sebuah sekolah dengan kepala tanpa-mengajar tidak memiliki kepemimpinan instruksional, karena ini sebagian dapat didelegasikan kepada staf dan dipromosikan dengan membangun tim guru yang bersangkutan dengan mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum. Kepala sekolah dapat bertindak sebagai pemimpin instruksional melalui pengembangan budaya sekolah dan gaya manajemen yang kondusif untuk pembelajaran yang efektif, daripada melalui pengajaran jadwal teratur.

Itu dapat disimpulkan bahwa manajemen lokal telah membesar secara signifikan peran kepala sekolah dan membuatnya lebih kompleks. telah meningkatkan kekuatan kepala sekolah, baik de jure dan de facto, karena mereka, dalam praktek, latihan daya yang diberikan oleh undang-undang untuk mengatur tubuh. Manajemen lokal telah memberdayakan kepala sekolah dan sebagian besar mereka menyukainya. Pada keseimbangan, kepala sekolah menganggap manajemen lokal banyak bermanfaat bagi sekolah, meskipun mereka khawatir tentang biaya dalam waktu dan kemungkinan pengalihan fokus dari mengajar dan belajar. Namun, penilaian ini tergantung pada konsepsi kepala sekolah tentang apa peran mereka seharusnya dan pada keadaan sekolah, meskipun nilai-nilai pribadi dan sikap mungkin lebih penting daripada posisi keuangan sekolah.

Guru kelas di pos miliki di seluruh tidak secara langsung terpengaruh oleh managemet lokal, kecuali jika pemotongan anggaran yang ketat membutuhkan pemotongan staf. Khususnya ketika penganggaran dilakukan dengan cara tradisional, dengan tidak ada hubungan yang jelas dibuat antara anggaran dan tujuan pendidikan tercermin dalam mengajar dan belajar, guru kelas menganggap diri mereka tidak tertarik atau memiliki expertsise dalam pengelolaan sumber daya dan hal ini sebagai peran yang tepat manajemen senior. Persepsi-persepsi ini dapat berubah jika penganggaran lebih terintegrasi dengan kegiatan pendidikan sekolah dan tujuan belajar yang terkait. Jika guru kelas menjadi lebih aktif terlibat dalam perencanaan dan mengembangkan pendekatan pengajaran dan bereksperimen dengan berbagai jenis dan campuran penggunaan sumber daya, keahlian mereka akan jauh lebih relevan untuk pengelolaan sumber daya.

Kebutuhan untuk manajer menengah di sekolah menengah untuk menghubungkan kebijakan departemen mereka untuk perencanaan pembangunan seluruh sekolah, dan untuk meningkatkan efisiensi dengan yang mereka merencanakan dan menggunakan sumber daya yang mereka miliki, telah cukup sering dikomentari dalam laporan inspeksi OFSTED. Jika praktek kelas guru tidak terpengaruh oleh manajemen setempat. selain diberi sumber daya lagi untuk bekerja dengan sebagai hasil dari upaya manajemen sekolah, maka sulit untuk melihat apa saluran lain ada dimana manajemen lokal bisa mengamankan efektivitas sekolah ditingkatkan sehubungan dengan belajar siswa


Pengambilan Keputusan Dalam Pengantar Sekolah yang Dikelola Secara Lokal

pada Jakarta tanggal 21 november kelompok 5 mata kuliah Manajemen Pendidikan Nasional membahas pengambilan kepuusan dalam pengantar sekolah yang dikelola secara lokal.

Pengambilan sebuah keputusan bukanlah sebuah hal yang mudah, Karen sebuah keputusan adalah permulaan dari sebuah risiko. Benar, setiap keputusan mengandung sebuah risiko, yang mau tak mau harus dihadapi kedepannya, terutama oleh sang pengambil keputusan, yaitu manajer (kepala sekolah). Untuk itu hal utama yang harus diperhatikan seorang manager dalam sebuah kegiatan manajemen adalah memahami betul kemampuan yang dimiliki sumber daya, agar pendayagunaannya efektif dan efisien.
Fleksibilitas lebih besar dalam alokasi sumber daya merupakan sumber potensial utama dari peningkatan pengembangan efisiensi dan efektivitas manajemen lokal yang dicari. Paling minimal, anggaran pengaturan mengharuskan para guru untuk mempersiapkan anggaran untuk awal tahun keuangan baru yang menjamin bahwa sekolah tidak menghabiskan kecerdasan melebihi pendapatan. Pada tahun-tahun awal manajemen local, perencanaan pembangunan sekolah adalah pada tahap darurat dan sebagian besar sekolah tidak secara eksplisit terkait dengan penganggarandengan cara apapun formal dan transparan. Pada tahun 1993, perencanaan pembangunan telah menjadi fitur yang lebih penting dari siklus manajemen tahunan, tapi sekolah masih sepenuhnya mengintergrasikan perencanaan keuangan dan pendidikan dlam proses formal sebagai tercantum dalam model OFSTED.
Dalam sebuah penelitian dari 100 sekolah yang dikelola secara local, menyimpulkan bahwa: “Hanya sedikit sekolah melihat proses mengimbangi anggaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang mereka telah ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah”.
Sub-komite-kurikulum, staf dan alokasi disebut untuk terus dalam pengambilan keputusan. Panitia keempat, keuangan, bertanggungjawab untuk menyususn anggaran dan melakukan hal ini dengan menerima tawaran dari komite lain. kepala sekolah menduduki di semua komite dan demikian integrator utama dari semua informasi yang diperlukan untuk mengamankan perencanaan yang jelas. Petugas keuangan, seorang staf pendukung dan gubernur, menduduki semua komite, memberikan dukungan penting untuk kepala sekolah.Kursi gubernur adalah anggota tempat dan komite keuangan dan wakil kepala menghadiri semua komite secara teratur oleh undangan.
                           
Semua sekolah mengalami kesulitan umum dalam perencanaan bahkan mereka yang paling berhasil dalam mencapai tingkat kohesi internal yang diperlukan, keterlibatan pemangku kepentingan, dan penjadwalan tugas dan proses selama siklus perencanaan tahunan. Keluhan utama dari semua sekolah yang bersangkutan ketidakpastian yang diciptakan oleh agen-agen eksternal. Pertama adalah ketidakpastian yang diciptakan oleh perubahan pada Kurikulum Nasional dan kedua adalah yang berkaitan dengan pembiayaan. sebagai  'sumber daya pendidikan' manajemen lokal telah memungkinkan sekolah untuk memilih, dalam kendala-kendala keuangan, menghabiskan pengalaman. Jumlah  kasus-sekolah studi menunjukkan bahwa manajemen lokal cenderung merangsang perubahan prosedur internal untuk mengalokasikan sumberdaya.
Satu dari semua tentatif dapat menyimpulkan dari bukti-bukti pada proses pengambilan keputusan di sekolah-sekolah adalah bahwa manajemen lokal telah diberi rangsangan beberapa pengembangan pendekatan rasional untuk alokasi sumber daya sekolah. Sekolah mulai berpikir lebih hati-hati tentang tujuan pendidikan dan tujuan mereka dan bagaimana cara terbaik untuk mencapai mereka dengan sumber daya yang tersedia. Namun, pendekatan ini jauh lebih baik berkembang di beberapa sekolah dari yang lain. Ini mungkin akan memakan waktu yang cukup untuk pengelolaan sumber daya untuk berevolusi dari bentuk agak mendasar dipraktekkan di beberapa sekolah untuk praktis 'model baik resmi canggih '.
Dalam pemantauan anggaran manfaat perbaikan dalam perencanaan proses yang tujuan yang jelas, dikomunikasikan dan lebih baik dilayani oleh kemampuan sekolah untuk membuat keputusan sendiri sumber daya, mengeluarkan biaya dan waktu dalam manajemen administrasi, tidak hanya untuk melakukan perencanaan yang dibahas sejauh ini dalam bab ini, tetapi juga untuk melakukan perekaman dan pelaporan keuangan rutin yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan anggaran dan untuk memberikan informasi
bahwa Manajemen lokal jelas tidak cukup untuk menjamin bahwa proses-proses ini dihasilkan dalam sekolah. Satu bahkan tidak bisa meyakinkan bahwa itu adalah kondisi yang diperlukan untuk sekolah yang efektif. Putusan yang paling menguntungkan yang dapat memberikan adalah bahwa manajemen lokal merangsang proses-proses di sekolah-sekolah di mana manajemen selaras dengan mereka, dan bahwa dari waktu ke waktu proses ini berkembang dalam peningkatan jumlah sekolah.
manajemen lokal memilki peran penting untuk pengembangan sebuah sekolah, dan yang menjadi subjek utama adalah seorang kepala sekolah yang mengatur keseimbangan keseluruhan sekolah, serta mengambil peran dalam menentukan sebuah keputusan penting di setiap tahap menejemennya.   


Minggu, 13 November 2011

SEKOLAH LOKAL YANG DIKELOLA SEBAGAI SEBUAH SISTEM TERBUKA

Pada hari senin tanggal 7 November 2011 minggu lalu kelompok kami  Bambang  Sigit Desianto,Digri Mutia,Lukyana Setia Ningsih  dan saya Nadia debri Astriutami diberikan kesempatan oleh Bapak Aril Muhammad,S.E, M.Pd di ruangan 306 gedung daksinapati UNJ presentasi mengenai “ Sebuah Sekolah Lokal yang Dikelola dengan Sistem Terbuka”.
Sebenarnya apa itu Sekolah lokal yang dikelola dengan sistem terbuka? Mari kita bahas ini lebih lanjut.
Menurut Lowe Boyd (1992: 508) ciri mereka sebagai terdiri dari gerakan sistem dekat, berorientasi pada proses, dan peran pendekatan berbasis ke sistem terbuka, berorientasi hasil, pendekatan berbasis tujuan”. mereka yang terlibat dalam manajemen pendidikan adalah memahami bagaimana konsep-konsep efisiensi dan efektivitas dapat diterapkan bermanfaat dalam lembaga pendidikan dan terpadu dengan perhatian lebih akrab, terutama ketika ada bersaing definisi apa yang merupakan pendidikan yang efektif. Model ini juga berfokus pada bagaimana hubungan antara sumber daya dan input dan output yang dimediasi oleh proses internal. Elemen kunci tertentu, seperti teknologi procesessand prdactive organisasi budaya hubungan manusia, yang dipilih untuk studi. Unsur-unsur memiliki efek yang penting dan saling bergantung pada proses yang berhubungan input ke output dan yang menghubungkan organisasi dan lingkungannya. Sebuah proses kunci adalah umpan balik antara organisasi dan dalam sistem itu sendiri, sehingga organisasi responsif dan adaptif.
model sistem terbuka telah berkembang selama lebih dari 5 sampai dengan 10 tahun yang kemudian banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan saat itu. Model sistem terbuka banyak diterpkan pada sistem lokal yang  memberikan gambaran tentang kerangka pemersatu untuk memperlakukan desain organisasi sebagai isu strategis memilih struktur dan proses yang dinilai terbaik untuk melayani tujuan-tujuan organisasi yang telah dibentuk.
Hasil-hasil pendidikan formal akan dapat bisa dicapai apabila individu-individu yang bersangkutan turut berpartisipasi dalam proses yang berjalan. Hasil yang dimaksudkan disini adalah pengetahuan siswa, kemampuan untuk menghargai dan menikmati kegiatan budaya, berperilaku dengan tanggung jawab sosial, berpartisipasi dalam politik demokratis dan menjadi anggota yang produktif dari angkatan kerja. Hal-hal tersebut dapat menjadi patokan untuk mengukur output yang sempit dan spesifik. Output merupakan Output adalah efek langsung dari sekolah pada siswa sedangkan hasil adalah efek panjang baik bagi individu yang menghadiri sekolah dan konsekuensi dari efek ini bagi masyarakat pada umumnya. Jadi hasil pemeriksaan output sekolah dan pendapatan para siswa 'produktif kapasitas di kemudian hari adalah hasil.
Sebenarnya dalam output terjadi beberapa masalah sepri dalam pengukuran maupun standart keberhasilan,yakni Perkiraan statistik dari nilai-tambah ukuran efektivitas sekolah yang memisahkan efek dari sekolah pada nilai tes dan pemeriksaan dan efek latar belakang sosial dan kemampuan kognitif atau pencapaian sebelum memasuki sekolah. Statistik berisi perkiraan memerlukan data pada tingkat dari murid, bukan sekolah rata-rata Hal ini memerlukan data yang cukup besar dan canggih multi-level teknik pemodelan, Hal ini memerlukan data yang cukup besar dan canggih multi-level teknik pemodelan. Masalah yang mengganggu semua yaitu upaya untuk berhubungan input ke output yang dihasilkan dan hasil pendidikan adalah bahwa mereka banyak yang tidak berwujud, dan tidak ada kesepakatan tentang nilai relatif sosial mereka. Output terhadap sekolah cenderung berkonsentrasi dengan mengorbankan yang kurang terukur, namun tidak berusaha mengukur output yang mendorong sekolah untuk berkonsentrasi pada proses jangka pendek dengan mengorbankan pencapaian jangka panjang dan untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan dari hubungan di antara organisasi dan metode pengajaran dan output pendidikan konsekuen.
Model sistem terbuka organisasi berfokus pada tiga unsur konstituen utama menurut Butler (1991)
·      1.    Lingkungan eksternal Lingkungan eksternal di mana sekolah beroperasi dapat dibagi menjadi lingkungan umum yang dipengaruhi oleh teknologi, sosial, politik dan ekonomi kekuatan utama beroperasi di masyarakat, dan lingkungan tertentu yang terdiri dari orang tua, masyarakat setempat. bisnis lokal, otoritas pendidikan lokal, lembaga pendidikan, dan pemerintah pusat dan lembaga.
·         2. Teknologi produksi melalui input diubah menjadi output;
·         Hubungan manusia, yang meliputi sejumlah perspektif yang berbeda pada organisasi, yang utama adalah organisasi, budaya dan politik. 
3.manajemen lokal dirancang untuk meningkatkan pentingnya tindakan sekolah sendiri dalam mengamankan dukungan dari lingkungannya tugas dengan meningkatkan performa seperti yang dirasakan oleh para pendukungnya. Dimensi penting lingkungan eksternal adalah rezim peraturan yang mengoperasikan sekolah. Dari sekolah, pemerintah telah mengencangkan atas spesifikasi tugas-tugas yang diharapkan dari sekolah dan dipromosikan penyebaran informasi di luar sekolah . Siswa adalah masukan penting bahwa mereka 'bahan baku' proses sekolah yang dimaksudkan untuk mengubah. Dalam model input-output, efektivitas dari sekolah adalah dinilai dalam kaitannya dengan nilai yang menambahkan untuk mahasiswa dalam cara pengetahuan, keterampilan, perilaku dan sikap.
Masukan yang diperoleh dari lingkungan eksternal tugas berubah melalui proses sekolah ke output dan hasil yang diekspor kembali ke lingkungan. Di bawah sistem manajemen lokal, sekolah awalnya memperoleh sebagian besar sumber daya sebagai jumlah bulat anggaran, dengan tambahan hibah tertentu atau kategoris yang dialokasikan untuk tujuan yang dinyatakan. Sekolah juga akan menerima sumbangan berbagai dari non-negara pendukung dalam bentuk keuangan atau masukan nyata, seperti waktu relawan sebagai alokasi langsung lokal dari LEA.
Model input-output berguna untuk menganalisis potensi efek manajemen lokal karena ia menyoroti fakta bahwa manajemen lokal hanya mempengaruhi sekolah langsung dari dua arah: pada awal proses input-output dengan meningkatkan sekolah berbagai pilihan input dan melalui sekolah responsivitas untuk lingkungan eksternal yang disebabkan oleh menghubungkan aliran sumber daya untuk bagaimana kepala sekolah menanggapi kinerja sekolah.
Jika manajemen lokal dapat meningkatkan efisiensi sekolah dan efektivitas, maka itu harus melakukannya melalui proses-proses yang menentukan cara keuangan dan nyata input diubah menjadi kegiatan pendidikan dan dengan demikian sekolah menggunakan model input-output. Efisiensi dan produktivitas yang berbeda tapi konsep terkait. Produktivitas adalah hubungan antara jumlah keluaran yang diproduksi dan jumlah input yang digunakan. Total faktor produktivitas adalah ukuran lebih baik secara keseluruhan produktivitas karena merupakan nilai output dibagi dengan nilai semua masukan yang digunakan dalam produksi. Penyebab dari peningkatan total faktor produktivitas dari waktu ke waktu adalah peningkatan pengetahuan teknis, yang kemudian diwujudkan dalam modal lebih produktif dan proses produksi, dan perbaikan dalam organisasi produk. masalah efisiensi tidak dapat dipisahkan dari distribusi biaya dan manfaat, karena membuat praktek kerja lebih produktif atau lebih efisien sering berarti meningkatkan kerja usaha atau mengubah bekerja praktek.Faktor yang berkontribusi untuk organisasi yang tidak menggunakan teknik produksi yang paling efisien dan jumlah masukan semua label di bawah istilah 'x-inefisiensi'. Faktor-faktor ini termasuk karyawan malas atau menggunakan waktu mereka untuk mengejar tujuan-tujuan lain daripada yang diinginkan oleh organisasi pemilik atau kepala sekolah (pemegang saham dalam kasus dari perusahaan, dan orang tua, pembayar pajak dan politisi dari sekolah). 
Manajemen lokal menyediakan sekolah dengan insentif dan kesempatan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam beberapa cara. Serta menemukan campuran yang paling efisien sumber daya untuk memproduksi suatu kegiatan pendidikan yang diberikan (misalnya kurikulum nasional, sejarah tahun 7), sekolah juga memiliki beberapa pilihan atas campuran kegiatan pendidikan yang mereka hasilkan. Campuran yang berbeda mungkin lebih atau kurang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan utama.
Sifat dari proses mendidik seperti yang digambarkan oleh para penulis seperti Weick (1976) dan Greenfield dan Ribbins (1993), maka ada dua garis argumen yang dapat dikejar sehubungan dengan manajemen lokal. Satu adalah bahwa ia tidak akan menimpa pada proses-proses ini karena mereka tidak setuju untuk meningkatkan pemerintah melalui memanipulasi input dalam kaitannya dengan output tertentu. Yang lainnya adalah bahwa fungsi produksi pendidikan masih bermakna sebagai hubungan antara pemasukan dan pengeluaran yang dihasilkan, tetapi bentuk yang tepat adalah sangat spesifik untuk konteks lokal. Hal ini ditemukan oleh praktisi melalui pengalaman pribadi dan dengan penerapan keterampilan khusus individu .Pencarian untuk efisiensi dan efektivitas kemudian tergantung pada keterampilan profesional guru dalam membuat pilihan yang sesuai. Guru dapat membangun dan menyebarkan pengetahuan mereka sendiri yang efisien berarti akhir hubungan melalui evaluasi formal praktek mereka sendiri.
Hubungan manusia dengan model sistem terbuka adalah bagian di mana penyesuaian besar harus dilakukan, menggunakan baru fleksibilitas dari manajemen sumber daya internal, jika perbaikan dimaksudkan untuk efisiensi, respon dan efektivitas terjadi. mengukur efektivitas sekolah sebagai kemajuan siswa dalam tes standar dalam matematika, ilmu pengetahuan, dan bahasa Inggris selama dua tahun terakhir sekolah tinggi. Mereka juga mengukur aspek organisasi data survei sekolah dari guru dan kepala sekolah .Data-data ini digunakan untuk membangun indeks dari sepuluh indikator yang meliputi tujuan.pengurus sekolah, personil, dan manajemen dan praktek guru. sekolah yang relatif otonom lebih cenderung untuk timbul dalam pengaturan sosial yang lebih menguntungkan, sementara sekolah di wilayah sosial kurang beruntung membutuhkan dukungan dari lembaga eksternal. Ini mungkin berarti bahwa dampak positif dari manajemen berbasis sekolah pada efektivitas sekolah tergantung pada konteks sosial dari sekolah .
Untuk mengevaluasi efek dari manajemen lokal adalah bahwa mereka harus dipisahkan dari pengaruh perubahan dalam anggaran sekolah yang sebenarnya yang disebabkan oleh perubahan dalam anggaran pendidikan Lea. Dalam studi tentang dampak manajemen lokal, satu untuk efek dalam cara yang berbeda untuk mengalokasikan sumber daya. dari tingkat yang berbeda dari total anggaran sekolah karena belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah berbeda dari efek lokal manajemen lokal sebagai desain organisasi untuk sistem sekolah yang berbeda.
Suatu model input-output terbuka sekolah menunjukkan bahwa manajemen lokal mempengaruhi pada kualitas pendidikan. Dengan cara mengganggu urutan langkah-langkah pertama masuknya keuangan sekolah untuk menghasilkan pendidikan kegiatan dan beberapa output konsekuen dan hasil. fungsi produksi penilaian guru dan manajer pada bagaimana mengalokasikan sumber daya untuk mempromosikan efektivitas sekolah sangat tergantung pada penerapan pengetahuan profesional dalam konteks dan nilai-nilai kualitatif fakta serta sulit untuk mengumpulkan input-output ukuran penilaian prestasi akademik dan efektivitas dampak dari manajemen lokal atau keberhasilan relatif dari sekolah  untuk mengeksploitasi kemungkinan-kemungkinan. penilaian manajemen lokal harus melibatkan review dari proses dimana sekolah mengelola sumber daya mereka.
menyangkut apakah itu mempromosikan pengelolaan lokal,yaitu:Kejelasan tujuan yang lebih besar mengenai tujuan pendidikan sekolah,Lebih terintegrasi sekolah budaya di mana tujuan-tujuan yang paling memotivasi staf,Lebih efektif kepemimpinan,Pengambilan keputusan lebih kolaboratif,Lebih sangat termotivasi proffesionally berorientasi tim,Besar kemampuannya untuk merespon kebutuhan para pemangku kepentingan eksternal,Kapasitas lebih besar untuk belajar organisasi. khususnya untuk meningkatkan produktivitas pendidikan,dan Lampiran perbedaan antara efisiensi teknis dan harga. Definisi efisiensi teknis menunjukkan tingkat tertentu pengetahuan teknis.. Jika pengetahuan perubahan teknis dan meningkatkan produktivitas modal atau tenaga kerja adalah sebagai hasil dari pengetahuan teknis ditingkatkan maka  jumlah output yang sama dapat dihasilkan oleh unit yang lebih sedikit tenaga kerja dan modal
Teori ekonomi berbeda sehingga ada sumber keberhasilan:
1.     1.  memilih keadaan tertentu campuran masukan dari pengetahuan teknis yang secara teknis efisien.
2.    2.   Pilih kombinasi input untuk output tertentu, mengurangi biaya atau memaksimalkan outputsfor total biaya tertentu.
3.     3.  Inovasi atau peningkatan pengetahuan teknis o metode produksi baru dan produk baru produktif menjadi tersedia atau diciptakan yang memenuhi keinginan konsumen yang lebih baik
Yang pertama dan ketiga adalah sumber peningkatan produktivitas. Di sekolah manajemen lokal, efisiensi teknis adalah untuk menemukan campuran resorce lebih efektif untuk menghasilkan cahaya kegiatan pendidikan, inovasi berkaitan dengan kesimpulan campuran baru resorce ao baru kegiatan pendidikan yang meningkatkan produktivitas dari proses pendaftaran, sedangkan efektivitas kombinasi harga murah kesimpulan atau campuran dari input.