Minggu, 06 November 2011

Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Standart Pendidikan

Pertemuan kali ini didapatkaan kembali materi tentang manajemen berbasis sekolah yang presentasinya di lakukan oleh kelompok 3 di ruangan 306 gedung daksinapati UNJ. Pendapat masing-masing negara tentang MBS berikut dibawah ini
Di inggris para pendukung sekolah berbasis manajemen mengklaim bahwa MBS diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan standar pendidikan yang diberikan oleh sekolah. Kerneth Baker, Sekretaris Negara untuk Pendidikan, memperkenalkan bacaan pertama dari Undang-Undang Pendidikan tahun 1988 memproklamirkan RUU yang menciptakan sebuah kerangka kerja baru, yang akan meningkatkan standar, memperluas pilihan dan menghasilkan Inggris yang lebih berpendidikan. Selanjutnya Skotlandia dan Kantor Dinas Pendidikan (SOED) membuat klaim serupa, menekankan pengambilan keputusan,Pemerintah berpendapat dengan tegas bahwa pelimpahan keuangan dan manajerial dengan memberikan sekolah fleksibilitas yang lebih besar dan pilihan dalam menentukan prioritas dan pengaturan rinci dalam menanggapi kebutuhan murid dan aspirasi orang tua.Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan merupakan bagian penting dari tujuan keseluruhan pemerintah meningkatkan standar belajar dan mengajar di sekolah.Australia memproklamirkan prinsip manajerial kunci manajemen berbasis sekolah sejak 20 tahun yang lalu ‘tanggung jawab akan paling efektif diserahkan kepada orang yang dipercayakan dengan membuat keputusan juga orang yang bertanggung jawab untuk membawa mereka keluar, dengan kewajiban untuk membenarkan mereka dan dalam posisi untuk keuntungan dari pengalaman. Dan itu masih ditegaskan kembali dalam desakan resmi lebih dari satu dekade kemudian: efisiensi dan efektivitas sistem dapat ditingkatkan hanya jika sekolah memiliki kontrol yang memadai atas kualitas pendidikan yang mereka Selandia Baru menganggap desentralisasi dari system pendidikan sangat kuat termotivasi oleh keinginan untuk respon yang lebih besar.
Kemudian dipaparkan pula mengenai kriteria untuk menilai pengelolaan lokal sekolah,yaitu dengan peningkatan efisiensi peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah,peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran,lebih tanggap terhadap klien dan lebih memihak kepada konsumen. Efisiensi disini adalah melakukan suatu usaha yang minimum untuk menghasilkan output yang maksimum dan efektivitas disini adalah dengan seberapa baik program atau kegiatan mencapai tujuan. Jadi MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efesiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan beserta uraiannya termasuk kinerja sekolah.
Sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi. Makin baik dan tinggi penerapan MBS di suatu sekolah makin efektif kegiatan belajar mengajar di sekolah Karena penerapan MBS dapat menjadi alat efektif untuk memberdayakan pengguna dalam menciptakan proses perubahan yang bermakna di bidang pendidikan dan pembelajaran (belajar mengajar). Dan Manajemen Berbasis Sekolah dapat menyinkronkan berbagai masukan (input) atau menyinergikan semua komponen dalam interaksi belajar dan mengajar. Sekolah yang menerapkan MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif (effective school), jika MBS merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya.
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sangat tergantung pada mutu sumber daya manusia.Terutama kemampuan kepala sekolah dalam menerapakan ide-ide baru dan perbaikan mutu sesuai dengan ide, tujuan dan fungsi Manajemen Berbasis Sekolah. Manfaatnya jelas terlihat pada dasarnya merupakan sistem manajemen dimana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, danatas proses pendidikanodinsekolah mereka.
Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat.Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan – keputusanpenting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid.Dengan demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan memberdayakannya.




Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar murid lebih mungkin meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang pada tingkat daerah.Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui kebutuhan murid dan sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau daerah.
Secara spesifik manfaat MBS : Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran, Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting,Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran,Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah,Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah,Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.
Namun, survei yang dilakukan di Chicago menunjukkan bahwa MBS tidak selamanya popular di kalangan guru.Tiga perempat dari seratus orang guru yang disurvei menyatakan bahwa reformasi desentralisasi sekolah di Chicago telah gagal meningkatkan prestasi belajar murid, dan bahkan lebih banyak lagi responden yang menyangkal bahwa perubahan itu telah meningkatkan motivasi guru. Namun, kekurangpedulian terhadap proses pembelajaran di dalam kelas bukanlah penyakit bawaan MBS. Tim MBS tidak dapat dipersalahkan karena tidak berhasil mendongkrak skor tes murid jika mereka tidak mendapat kewenangan untuk melakukan hal itu.Misalnya, pengamatan di Chicago menunjukkan bahwa wewenang pendidikan sebagian besar telah didelegasikan kepada orang tua dan anggota masyarakat lainnya. Selain itu, tidaklah fair untuk mengharapkan adanya dampak atas suatu reformasi pendidikan di daerah pinggiran kota besar yang telah porak-poranda oleh seringnya terjadi kasus-kasus kebrutalan, kejahatan, dan kemiskinan.
Strategi peningkatan mutu pendidikan melalui MBS Salah satu strateginya  adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS,Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakatPemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah,Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah.
Selain strategi diatas ada juga dampak MBS bagi sekolah yaitu:
1.      MBS menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah yang lebih terbuka. Kepala sekolah, guru, dan anggota masyarakat bekerja sama dengan baik untuk membuat Rencana Pengembangan Sekolah. Sekolah memajangkan anggaran sekolah dan perhitungan dana secara terbuka pada papan sekolah.
2.      Keterbukaan ini telah meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua dan masyarakat terhadap sekolah. Banyak sekolah yang melaporkan kenaikan sumbangan orang tua untuk menunjang sekolah.
3.      Pelaksanaan PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau Pembelajaran Kontekstual dalam MBS, mengakibatkan peningkatan kehadiran anak di sekolah, karena mereka senang belajar.
Sekian penjelasan yang mendukung blog saya sebelumnya,semoga bermanfaat terutama jurusan Manajemen Pendidikan.wassalamualaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar